Jumat, 14 November 2014
Boleh aku sebut ini 'kita' ?
Akankah hari-hari esok selalu seperti ini. menyisakan senyum-senyum masam di ujung bibir saat mengingat kejadian yang baru saja kita lewati, mengingat kecerobohan yang sengaja kita tertawakan tadi. begitu lepas. namun melekat. pada jiwa yang baru saja terikat. pada janji yang baru saja terucap. dimana kita akan saling menjaga satu sama lain.
padahal kita pun sama-sama mengerti. seseorang memiliki satu sisi untuk bisa tetap meyendiri. bahkan tak sadar merasa sepi diantara keramaian. beberapa hal dianggap mampu menjadi penyebab sepi tersebut. sepi bukan berarti benar-benar sendiri. terkadang waktu tersebut sangat dinanti, namun terkadang juga sangat dibenci. tidak semua hal beralasan. maka itu kita ada..
sudahkah kita sama-sama mengucap syukur. atas pertemuan yang mungkin sebelumnya tak pernah kita inginkan. namun nyatanya kini menjadi sangat berarti untuk dikisahkan. mari selalu sepakat untuk percaya, memaafkan tanpa harus diminta, membiasakan untuk paham bahwa sebenarnya semua adalah canda. yang siap mengisi hari-hari indah kelak, dengan keriangan, serta kerenyahan tawa serenyah makaroni DCT.. \m/
Jumat, 10 Oktober 2014
Jumat, 03 Oktober 2014
Pengemis Budiman
Sabtu, 30 Agustus 2014
Scroll down.
Lora tak pernah bosan melakukan itu setiap hari pada list favorit miliknya sendiri. Berulang-ulang. Dengan ekspresi yang sama. Tersipu. Bahagia. Disusul kenangan Lora masih asik dengan ingatannya. Tak sedikitpun terganggu. Lapar. Sekalipun mules. Lora hanya akan beranjak saat dipaksa. Mandi saja cukup sekali dalam sehari.
Ingatannya begitu melekat. Tak berkurang sedikitpun. Tentang siapa lagi kalau bukan Natan. Lora menghela napas. Entah sampai kapan dia berhenti mengenang. Lumpuhkan ingatanku - Geisha jadi andalannya tiap malam. Tak bosan. Dan tak akan bosan. Gerak-gerik mulutnya mengikuti nada, meski sering tertinggal beberapa bait. Lora tetap menghayati. Begitu dalam.
Kali ini Lora mengernyitkan dahi. Ini adalah untuk ke sekian kalinya. Kalimat yang ia tuliskan sendirilah yang buat ia mengernyit. Menyeka dahi. Tangannya berhenti men-scrolldown. Menatap tulisan itu dalam-dalam. Terlihat sekali dia merenung...
Lora benar-benar rindu Natan. Sesekali isak tangisnya terdengar. Namun ia tak bisa apa-apa. Kepalanya ingin meledak. Menghempaskan semuanya. Sampai ia benar-benar melupa. Lora berharap Natan datang. Sekadar melerai isaknya. Lora tahu betul itu takkan pernah terjadi. Natan tak akan datang. Sekalipun sampaikan kabar. Tak akan. Tapi Lora tak pernah bosan juga berharap.
Lora suka memendam. Tak ada yang tahu tentang Natan. Termasuk Rere, kakak Lora. Rere tahu Lora tak suka keluar kamar sejak ia mulai sering melamun. Meski tak tau apa penyababnya. Rere sungkan bertanya.
Ya. Mereka bukan kakak-beradik yang akrab.
Sejak dulu. Sejak Lora bicara pada lukisannya sendiri. Lukisan laki-laki tampan dengan lesung pipi yang cukup terlihat nyata, kumis tipis dan alis tebal yang sedikit tertutup anak rambut di depannya. Rere mendengarnya. Ia menyeringai ngeri. Lora mulai lagi. Berulang kali.
Usut punya usut. Rere penasaran pada lukisan yang tak henti Lora pandangi setiap hari. Ia menyelinap masuk kamar Lora. Ternyata Lukisan itu punya nama kecil di bagian bawahnya.. Nathan. Ya. Namanya Nathan.
"Hebat juga tuh anak. Belom pernah ketemu cowok udah bisa lukis orang secakep ini."
Rere beranjak keluar. Namun terhenti ketika sesuatu jatuh dari meja yang berdampingan dengan lukisan berjudul Nathan. Ia membukanya perlahan. Agar setiap lembaran tak membangunkan adiknya yang ganas karena terbangun dari lelap tidurnya itu. Rere menyeka dahi. Judul buku itu juga Nathan. Siapa itu Nathan?
Lora tak mengenal siapapun. Siapapun. Ia hanya gadis kecil malang yang istimewa. Dulu, ia adalah salah satu siswi terbaik di SLB. tapi itu dulu, sebelum ia merengek-rengek ingin sekolah bersama Rere. Karena tak diizinkan Lora mengutuk dirinya sendiri di dalam kamar. Sampai sekarang. Lalu mengapa bisa ia melukis wajah laki-laki itu? Menceritakan kisah-kisah itu seakan dia.....
"Atau Nathan hanya....hanya...khaya..lan.."
Kamis, 31 Juli 2014
Dengar aku, Nisa. - Selurik Kisah
Ku tutup pesan lama darimu di e-mail mendekati hari bahagia kita.
Walau cuma ada beberapa kata di dalamnya.
Aku ingat betul isinya.
"InsyaAllah aku bahagia denganmu,mas."
Hafal benar bagaimana ekspresiku saat itu. Saat dentum nada yang menandakan pesanmu datang. Aku..aku begitu senang.
Aku yakin kamu juga masih ingat itu.
Saat-saat mengenang seperti ini yang paling aku sukai. Kamu juga kan, Dik?
***
Di toko buku Angkasa lah pertama kalinya aku mengenalmu. Maksudku, mengenal tulisannmu.
Aku mulai mencari maksud dari setiap kata yang kau rangkai. Tapi aku malah terjebak di dalam ejaan sederhana itu. Kisah yang kau tuang membuatku penasaran. Penasaran pada nama yang tertera di belakang buku dengan judul "Fitrah Cinta" . Biografi singkat tanpa foto pada halaman belakang malah makin buat aku tertarik mencari tahu siapa dirimu. Gadis yang sering terlupakan namanya olehku. Tapi, itu dulu. Dulu sebelum aku rutin menyebut namamu dalam doa.
Mungkin kiprahmu dalam menulis waktu itu belum lama. Karena akupun baru menemukan buku itu setelah sering datang hanya untuk membeli titipan buku adikku. Buku yang akhirnya mengantarkan kita pada perkenalan atas izin Allah.
Akhirnya aku merasa teramat ditolong juga oleh Sally, Adikku. Kegemaran Sally dalam membaca serta menulis membawanya pada sebuah acara meet and greet (m&g) penulis Fitrah cinta. Ya. Dia yang ku ingin ketahui.
Aku sangat bersemangat hari itu untuk mengantar Sally ke acara m&g. Berharap bisa melihatmu walau sekilas.
"Maaf ini acara khusus akhowat. Kalau mas sedang menunggu seseorang silahkan tunggu di depan."
Aku kaget luar biasa saat ketahuan sedang megintip-intip ke dalam gedung. Akhirnya aku mematalalkan niatkiu untuk menunggui Sally sampai acara selesai. Ah ini karena perempuan yang mengagetkanku tadi!
"Kok aku ditinggal sih mas azam?katanya mau nunggu sampe acara selesai. Untung saja tadi diantar sama yang punya acara.huh." kata Sally yang tiba-tiba menggerutu.
"Kamu diantar siapa?yang punya acara?maksudmu penulisnya?"
"Iya. Kenapa mas?"
"Terus kok ga disuruh mampir?cantik ya Sal pasti."
"Bukan cantik-cantik lagi mas. Katanya ia masih ada urusan jadi ga bisa mampir. Tapi katanya lain kali mau mampir dan ajak Sally ke perpustakaan miliknya mas. Baik banget kan? Memang mba nisa itu orangnya ramah sekali mas."
Jadi namanya Nisa.
Setelah Nisa beberapa kali datang menjemput Sally akhirnya aku diperkenalkan juga dengannya. Ternyata dia adalah yang mengagetkanku di acara itu. Subhanallah.
Kamu sangat nampak begitu taat, Dik.
Tndukkan pandanganmu lah yang memberikan keyakinan bahwa kamu adalah jodoh yang Allah kirim untukku.
***
"Sudahlah mas, jangan begini terus. Kasian kan mba Nisa. Biar tenang dia di sana, mas."
Kata Sally yang tiba-tiba duduk di sampingku.
Aku menghela napas. Tapi benar juga kata Sally, sudah hampir 2tahun aku begini. Merenungi kecelakaan pesawat itu. Pesawat yang harusnya mengantarkan Nisa kembali ke sini setelah acara lamaran selesai seminggu sebelumnya. Nisa tak mungkin kembali. Dia sudah lama pergi. Tak mungkin hari bahagia Aku dan Nisa terjadi.
Harusnya aku sudah mengikhlaskannya, mengubur dalam-dalam tiap rangkaian katanya agar aku tak selalu mengharapkannya. Toh aku yakin ia mendengar setiap doa yang ku kirim untuknya.
Aku pun memilih beranjak dari sepiku ini. Dua bulan lagi aku akan meminang Azahra, sahabat Nisa. Ia tak kalah taat dengan Nisa. Hanya saja sedikit lebih tua dariku. Ia punya satu putri mungil yang sudah dua tahun pula ditinggal wafat ayahnya. Mungkin ini adalah yang kau inginkan, Nisa. Aku juga tulus pada Azahra. Aku yakin Azahra dapat membuatku bahagia dengannya tanpa harus mengusirmu dari hatiku. Karena kau sudah punya tempat sendiri lebih dulu.
***
Rabu, 23 Juli 2014
LDR
Kali ini siang terasa begitu pekat, penat, tanpa gerak-gerik awan serta hembusan angin yang biasanya lewat. Hati ini terpaku akan hal-hal indah yang Engkau ciptakan untukku sejak dulu. Sampai-sampai sajakku pun takkan pernah sanggup menyentuh batas-Mu. Menari bersama jari-jari yang mengadah diikuti isak sendu merupakan hal yang lebih indah dari apapun. Terasa begitu lega. Walau tak mungkin ada satu rasa rindu yang terbebas dari jeratan kalbu karena ini akan selalu terjaga dan terbalut hangatnya kasih yang diselimuti kecemasan. Selain padaMu, manamungkin aku berani secinta ini.
Tak seperti kebanyakan orang yang tersiksa oleh hubungan jarak jauh aku malah begitu merasa dekat dengan-Mu. Tambah lagi di saat-saat sekarang ini.
Subhanallah rasanya!
Tak perlu repot-repot memberi simbol love atau titik dua bintang karena yang pasti,
Apapun yang dari hati..
Lebih terasa hadirnya.