Jumat, 02 Juni 2017

Tercebur di Kolam Susu!

Seringkali apa yang kita inginkan tidak terwujud. Sesuatu yang mulanya kita impikan, kita rancang dengan baik, kita perjuangkan dengan usaha dan doa yang kiranya sudah maksimal tetap tidak akan mampu melawan garis yang sudah Dia ciptakan untuk kita. Ini dapat disebut kisah pribadi saya, bisa jadi tidak akan menarik bagi kamu, pembaca. Tapi bagi saya, menuliskan semua ini adalah keharusan. Sebab sesuatu yang terjadi dalam hidup akan mudah saja terlupa, dan menulis adalah salah satu hal yang dapat saya lakukan untuk membuatnya tetap tersimpan dengan baik. Entah itu hal-hal yang menyenangkan, memalukan, menyedihkan, menyesakkan, menginspirasi, atau sebagainya. Saya ingin selalu berusaha menuliskannya. Meski tulisan yang saya buat masih jauh dari kata baik, namun saya tahu, semua hanya butuh proses. Dan saya, adalah orang yang tidak takut untuk berproses. Maka terima kasih jika kamu telah memilih untuk meneruskan membaca tulisan ini sampai habis, tapi jika tidak pun tidak masalah. Tidak ada yang perlu dipaksakan.

Saya yang sekarang adalah seorang mahasiswi yang sedang menginjak akhir semester 2 di salah satu universitas negeri di Banten. Universitas yang bahkan sebelumnya tidak pernah saya impikan, kasarnya, tahu tentang universitas ini saja tidak. Tapi perlu kamu ketahui, saya suka menyebutkan nama universitas saya tanpa perlu menyingkatnya: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Sebuah universitas yang keberadaannya kerap kali dipandang sebelah mata, bahkan beberapa orang seperti saya dulu, hanya menjadikan universitas ini sebagai pilihan kedua, atau mungkin ketiga. Saya sendiri tidak tahu alasannya mengapa dulu saya melakukan itu, mungkin sederhananya, karena saya memiliki universitas lain yang lebih dulu saya impikan. Seperti prioritas begitu, saya yakin kamu paham. Tapi seiring berjalannya waktu, bukan saya berlebihan. Bukan juga saya dibayar untuk mempromosikan, percayalah universitas saya punya banayk kejutan. Kejutan-kejutan itulah yang membuat saya akhirnya merasa beruntung, telah dipilih sebagai manusia yang akhirnya menginjakkan kaki dan menetap untuk sementara waktu di sini. Saya benar-benar bukan ingin berlebihan, atau bermaksud melakukan intervensi, tapi semuanya hanya sekadar karena saya ingin menuliskan ini.

Kejutan dari awal pertama hingga kini bagi saya adalah perihal pertemuan. Pertemuan dengan sosok-sosok hebat yang menginspirasi, pertemuan yang akhirnya menumbuhkan candu untuk selalu bertemu dan rindu, saling membersamai pada satu tuju, saling menguntai doa-doa tak kenal waktu. Saya harap saya tidak keliru, tapi pada mereka saya banyak berguru. Pertemuan yang satu selalu berujung pada tawa yang tidak tahu malu, satu lagi membentuk kritis pada saya yang sebetulnya agak pemalu, satu lainnya menjadikan saya merasa harus malu, karena selalu merasa perlu mendekat dan menguatkan tuju, yakni mencari ridho pada Yang Maha Satu. Semua pada dasarnya adalah sama, memupuk saya menjadi seseorang yang baru dan pastinya lebih baik lagi. Dari merekalah saya banyak belajar, bagaimana pertemuan bisa teramat menyenangkan, sekaligus mengkhawatirkan. Saya takut kalau-kalau saya tidak lagi asyik bagi mereka, atau bahkan mungkin tidak pernah asyik? Who knows? Saya juga takut kalau-kalau kata dan perbuatan saya seringkali menyakiti hati dan rasa mereka dengan atau tanpa saya sadari. Saya takut jika pada akhirnya saya harus kehilangan mereka. Perpisahan yang tidak pernah siapapun inginkan. Saya hanya ingin mengucap banyak terima kasih, kepada teman-teman yang telah bersedia dengan sabarnya membersamai saya yang banyak sekali kurangnya ini. Maaf karena selalu direpotkan dengan ketidakberdayaan saya sendiri menghadapi hari-hari yang kalau tanpa kalian pasti akan menjadi sunyi. Serta maaf atas keangkuhan saya yang merelakan kamu untuk pergi, saya bukan tidak ingin membersamai, saya hanya tidak bisa terus membiarkan diri pada sesuatu yang tidak lagi sejalan dengan apa yang saya yakini. Ini bukan semata perihal toleransi, dewasa pasti telah mengajarkan kita segalanya jadi saya yakin kamu akan memahaminya. Percayalah, sampai saat ini rindu masih pada tempatnya.

Kejutan lainnya adalah kesempatan. Ada banyak sekali kesempatan yang dihadiahkan untuk saya di satu tahun keberadaan saya di sini. Mungkin akan terlihat sederhana, tapi bagi saya, semua itu luar biasa. Kesempatan yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya bahkan di kota kelahiran saya sendiri. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mengenalkan saya pada  wadah dimana saya dapat berkarya, dimana karya saya akhirnya justru mendapat apresiasi yang tidak saya sangka. Kesempatan lain yang juga berguna untuk memupuk jiwa sosial saya, berhubungan dengan jurusan yang kini sedang saya tempuh, saya banyak sekali dibuat berdecak kagum pada kearifan orang-orang terbaik pada bumi pertiwi yang rela mengabdikan diri menjadi penggerak dan pelopor generasi anak-anak bangsa. Ranah-ranah hebat yang sebelumnya tidak saya ketahui, mungkin benar kata orang, segalanya itu hanya perlu dinikmati: pahit, manis, asin, pasti ada hikmah dibalik semua itu. Kemudian kesempatan mengenal lebih dalam dunia kampus ala-ala birokrasi. Wah! Soal yang satu ini harus kamu rasakan sendiri, saya tidak punya kuasa untuk menjabarkannya, yang jelas saya juga belum apa-apa sih, hehe.

Kejutan-kejutan lainnya pun begitu, menghantarkan saya pada rasa syukur. Ternyata, tidak ada salahnya kok terjcebur! Yang terpenting adalah jangan malah memilih tenggelam, biar saja pelan-pelan berenang, kalau takut menghadang ombak yang besar, silakan saja menepi dan kembali kuatkan pegangan, mungkin dengan bergandengan kamu akan lebih tangguh ke depan. Dan coba resapi, barangkali kamu justru mengalami hal seperti yang saya alami, yakni tercebur tapi justru tercebur di kolam susu, hanya saja kamu belum menyadari, untuk itu, mari berdamai dengan diri sendiri, terima dengan lapang segala hal yang masih menjadi beban, saya memang bukan siapa-siapa, tapi tentang berbagi kan tidak ada salahnya, iya kan? Hehehe. Sekian ya, saya Ayuni Shirotul yang lebih senang dipanggil Ayun, pamit undur diri.

Terima kasih telah sudi membaca.

Senin, 08 Mei 2017

"Kenapa tak mencari kalau kamu merasa kehilangan?"

Dua puluh empat jam waktu dalam sehari, silakan lihat pada detik mana aku memutus untuk berhenti. Adakah kau temui?

Memunggungi waktu aku memang telah memilih jauh, tidak ada rindu, tidak pula berpilu. Semua tersimpan baik seiring dewasa memayungi. Menurutku tidak perlu, mencari pada bayang-bayang semu. Ini bukan semata-mata tentang "kau harus tahu", karena bagiku tidak pernah ada masalah tentang itu.

Aku adalah hujan yang kemarau. Dingin tetapi tidak beku, bagimu mungkin kaku tapi aku tetaplah aku.

Aku hanya tidak ingin menjadi sama, pada sesiapa yang untukmu pernah ada, bahkan mungkin selalu ada. Sebab itu terlalu biasa. Kau hanya tidak memahami, berapa banyak kata yang telah kusiasati hanya untuk membuatmu tidak mati. Dan aku tidak peduli, kau ingin abai atau peduli. Sungguh, aku hanya terbiasa.

Doa-doa yang kurapal, tentu saja tidak melulu tentang kau, tapi jangan khawatir soal meng-aamiini, sudah kubilang aku akan tetap bersedia meskipun jauh kita kini.

Sekarang bangkitlah, dari lelah hidup yang kuketahui belakangan ini membuatmu tak karuan. Esok dunia akan sadar, bahwa kau akan banyak berubah dan merubah. Jangan lagi bertanya, aku tidak lagi akan datang, bahkan hanya sekadar untuk mengenang. Aku pulang, pada tempat dimana bukan merupakan tempatmu berpulang.


Serang, 2017.

Sabtu, 22 April 2017

Tentang sesak.

Saya tahu,
akan ada banyak hal yang sengaja ditinggalkan,
Bahkan kini sudah mulai terlupakan.
Dan tidak pernah ada yang tahu jelas apa penyebabnya.
Semua mengalir begitu saja.

Tidak lagi ada sapa, kata, dan suara.
Yang ada hanya sisa-sisa cerita yang terlalu enggan untuk dibicarakan.

Adalah kesalahan saya,
Menyelami hidupmu terlalu jauh,
Hingga tenggelam di dalamnya.
Sulit diselamatkan.

Ini bukan perihal rindu,
Saya hanya ingin mengingat yang terdahulu.
Sebelum kita akhirnya sama-sama berlalu.

Saya ingat betul,
Saya pernah begitu bersemangat
Mendengarkan cerita-ceritamu yang hebat.

Saya ingat betul,
Saya pernah begitu sesak,
Mendengar kabarmu tak sehat.

Saya ingat betul,
Saya pernah begitu ingin berlari, menjauh,
Tapi tatapmu menghentikan segalanya.

Kita kerap mengahabiskan malam hingga jadi begitu singkat.
Diskusi-diskusi hangat yang apabila diingat hanya membuat saya sekarat.

Kamu pernah berkata,
Menjadi moderat adalah kecintaanmu,
Tapi sayang, kamu menganggap saya terlampau kanan.
Padahal, tidak juga.

Kamu pernah berkata,
Sesuatu yang sudah tidak lagi kamu sukai,
Sampai kapanpun tidak akan dapat lagi menarik perhatianmu,
Mungkin inilah yang terjadi sekarang.

Kamu juga pernah berkata,
Masa lalu dan masa depan tidak perlu repot-repot dipikirkan, karena nanti masa kininya tidak kepikiran. Kalau masa kini tidak kepikiran, maka tidak akan pernah ada masa depan.

Maaf,
Saya bukan bermaksud berlebihan menuliskan semua ini,
Hanya saja saya tidak lagi tahu cara terbaik mengenang selain dengan dituliskan.

Saya tahu,
Kamu lebih suka membaca tulisan-tulisan pergerakan.
Dan saya suka mendengar kamu melakukannya.

Saya harap,
Jiwamu benar-benar hidup di sana.
Membayangkan kamu yang hebat, saya cukup bahagia pernah menjadi bagian dari sisa-sisa malam-mu yang terdahulu.

Kamu boleh membaca tulisan ini segera, atau tidak juga tidak apa.
Jangan berpikir tentang apa-apa,
Saya hanya ingin semuanya tetap abadi.

Beri tahu saya, kalau-kalau tulisan ini ternyata benar sampai di matamu. Dan anggap saja sebagai sebatas kabar, untuk saya darimu.

Saya benar-benar ingin mengatakan,
Tolong jangan pernah redupkan pijar yang telah engkau nyalakan.
Tapi jika yang terbaik adalah tentang hilang, saya selalu mencoba percaya kamu akan pulang.

Saya tak pernah bosan mengatakan ini;
Lakukanlah yang terbaik,
Saya akan tetap meng-aamiini setiap harapmu
Sejauh apapun kita kini.

Dan seperti kata Sapardi,
Meski suara-suaraku tak terdengar lagi
Tapi dalam larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati.

Teruntukmu,
Sahabat yang enggan saya sebut namanya.

Semoga sehat dan bahagia selalu.
Saya harap do'a tetap dapat mendekatkan kita, meski kata dan raga tak pernah lagi berjumpa.


Saya pamit dari segala ingatan yang telah kamu tinggal lebih dulu.

Kamis, 20 April 2017

Pahami.

Saya takut kehilangan kamu, tapi lebih takut lagi kehilangan diri saya sendiri.

Sabtu, 15 April 2017

Bukan martabak, jadi ga spesial!



Kali ini saya mau nulis tentang mereka!

Dua manusia ini tidak perlu dicurigai, apalagi dihakimi. Mereka punya tempat sendiri. Satu sering keras kepala, terus-menerus mengklaim bahwa minoritas adalah suatu kelebihan. Satu lagi tidak ingin terlalu banyak terlibat kalau bukan merupakan prioritas. Teman berbagi yang selalu sadar kapan waktu saya tidak ingin becanda, atau bicara. (Saya paling muda, fyi. Jadi wajar, iyakan?)

Teman juang yang selalu tau waktu, kapan harus bilang, "Ayun tuh ga gini," atau "Percayalah sama Ayun,".

Teman laki-laki yang paling paham mengenai 'batas' selain si the best partner in my life saya semasa smp-sma, hingga saya tak perlu banyak berucap.

Saya merasa, setelah kenal mereka, selera humor saya semakin receh, maafin ya, Ded, Di. Lagian masa cerita gini amat;
"Yun..kemarin kita ke hutan terus ada babi, kita tembak," (...)
"(Saya memerhatikan aja, feeling saya gaenak)"
"Terus yun, abis itu kita diterima!,"

Woy, argh! Hahaha.

Sang drummer asli Serang yang kalo pun cuma duduk itu tangan ga pernah bisa diem, satunya comica asli Pandeglang yang khas sama analogi-analogi tak terduganya. Saya mah apa, weee.

3,5 tahun. S2 di jaskun. Imadiklus wilayah sukur-sukur nasional. Wet, banyak mimpi, ayo wujudin!

Pokoknya untuk perempuan-perempuan terpilih yang kini sedang dekat dengan dua orang ini, jangan khawatir. Saya ga layak dicemburin, sungguh✌

To be honest, hal yang paling mengesankan selama berteman sama mereka adalah, mereka selalu menemukan titik dimana saya sedang tidak baik-baik saja sementara saya sudah berusaha terlihat baik-baik saja.

Bahkan salah satu dari mereka pernah bilang, saya agak lupa kalimat sebenarnya tapi ga masalah intinya yaitu;
"Kalo yang lain kaya gitu gapapa, tapi kalo lu yang gitu gua gabisa terima. Rasa-rasa gabisa liat sikap lu berubah ke gua tuh, gabisa,"

Kalo orang bilang, ga ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang pure temenan aja itu di dunia, saya jamin ini adalah pengecualian buat mereka.

Ea.

Bonusin kegemashan mereka ah, katanya foto ini diambil pas mereka lagi video call-an sama saya dan bunda tapi bundanya gaboleh nongol sama saya hahaha.




Ps: Ded, Di, kalo udah selesai baca ini jangan dibahas ke saya ya, malu. Hahaha.

Senin, 10 April 2017

"Kita tersekat, oleh waktu yang belum tepat,"

Menyelami hidup seseorang memang tidak pernah mudah, tidak pernah ada yang tahu seberapa dalam hatinya bermuara. Sebesar apapun upaya yang kita lakukan agar dapat sampai di dermaga hati sebagai tempat tujuan, jika ia tidak mengizinkan kita berlayar maka sudahlah, sesekali kita harus paham bahwa sudah sepatutnya kita berputar arah.

Meski kenyataan tak semudah membalik telapak tangan, tapi kita tidak bisa terus berangan-angan, mendambakan ia kembali ke pangkuan, lalu memulai kembali menata masa depan, dengannya? Tidak ada yang tahu siapa kelak yang akan selalu dapat maaf dan maklum tak terbatas dari kita, tidak ada yang tahu siapa yang akan kita temani untuk bangkit dari titik terendah hingga terbang melampaui batas, tidak ada yang tahu siapa yang akan tetap bertahan dengan segala lebih dan kurang yang kita miliki, tidak ada yang tahu.

Selain Dia, Yang Maha Tahu.

Jangan betah berlama-lama jadi tuan dan nona kesepian, kita masih punya banyak urusan yang harus terselesaikan.

Kita paham betul, kenangan hanya akan melahirkan rindu yang tak karuan, tapi sadarlah, hal-hal menyesakkan dada itu hanya kita rasa sendirian!

Bukankah yang baik juga untuk yang baik?

Bukankah kita hanya perlu berperasangka baik, bahwa suatu saat nanti, pasti ia yang terbaik akan datang di waktu yang tepat?

Kita hanya perlu memantaskan diri.

"Kita hanya tersekat, oleh waktu yang belum tepat,"


Selasa, 28 Maret 2017

"Mang, Ciwaru ga?"

Setelah bertemu dengan Harpitnas alias hari kejepit nasional yang jatuh kemarin pada tanggal 28 Maret 2017. Akhirnya saya pun harus kembali melakukan rutinitas di kota orang.

Serang, Banten, bukan lagi kota asing bagi saya meskipun rute jalannya tak kunjung dapat saya hapal. Namun seiring berjalannya waktu, kota ini jadi kota yang bisa saya rindukan setelah kota asal; Tangerang.

Perjalanan menuju tempat kost kali ini membawa saya bertemu pada Mamang angkot berwarna pink-biru. Awal datang ke kota ini, saya pernah diberi tau oleh Ibu Kost, katanya kalau mau kemana-mana naik angkot bilang dulu tujuannya kemana sebelum naik, soalnya di Serang, rute angkot itu ga jelas, rumit, kaya kita. ET, Gak deh.

Yang unik dari Mamang angkot yang satu ini adalah, ia bicara banyak soal politik. Awalnya sih, karena jalan dari Warjok (Warung Pojok) menuju Ciwaru yang super banyak lubang itu yang bikin Mamangnya ngedumel (read: ngomel-ngomel sendiri). Terus lama-lama nyambung ke pemerintahan. Khususnya pemerintah di Banten, dari bicaranya, Mamang itu mengagumi kinerja Rano Karno sebagai Gubernur Banten, "Mendingan aja, Neng. Pas Rano ngejabat mah, jalanan lumayan bagus, Malingping keurus, Pontang juga noh," ujarnya.

"Kalo jalanan yang inimah denger-denger baru dibenerin nanti, dua tahun lagi," sambung Mamang.

Saya sebagai penumpang mengangguk saja menanggapi perkataan Mamang sambil paling meng-oh gitu atau meng-iyakan, habis agak bingung mau jawab apa.

Mamang yang masih lanjut dengan bahasannya tiba-tiba nyeletuk,
"Neng, kalo pilih pemimpin itu, ga harus karena cuma agamanya sama terus kita pilih, lah kalo seiman tapi bobrok gimana? Malah korupsi, malah make narkoba. Itu anak Kiai, tapi nyabu kan malu ama masyarakat ya Neng,"

Saya nyengir, menjawab sambil melempar senyum dengan teman di hadapan saya. Kebetulan, penumpang angkotnya cuma dua, saya dan teman saya.

"Mamang mah Neng, demennya nonton tv biar tau berita biar cuma sopir geh," lanjutnya.

Sepakat, Mang. Meskipun bukan siapa-siapa, kita emang perlu tau kondisi bumi yang sekarang kita pijak ini bagaimana. Jadi malu, kadang yang kita cari tahu cuma timeline doi aja, lah dunia luar kita buta.

Makasih atuh, Mang, udah menginspirasi!

Senin, 27 Maret 2017

Mereka yang Terbaik akan Paham!

Berangkat dari tulisan-tulisan yang lebih sering dikata sendu, kali ini saya memilih untuk menumpahkan celoteh-celoteh yang saya harap tidak menyinggung atau membuat ge'er pihak manapun.

Usia menghantarkan kita pada titik kedewasaan, juga pada kemampuan dalam mengambil keputusan dengan baik. Termasuk tentang pertemuan, perkenalan, pengakraban pada siapa-siapa saja yang dapat kita terima dan juga menerima kita dengan segala kurang dan lebih yang kita miliki.

Akan ada masa dimana kita amat merasa beruntung memiliki orang-orang terbaik dalam hidup ini, dan akan ada pula masa dimana kita begitu takut jadi tertinggal, ditinggal, membuat kecewa, dikecewakan.

Kadangkala, ada bagian dari diri sendiri yang tak bisa dimengerti. Jangan tanya kenapa atau apa penyebabnya, sebab mungkin saja kita sendiripun tak tau. Yang terlihat hanyalah perubahan, kecil atau besar, mereka yang peduli pasti selalu menemukan itu.

Kalau sudah memasuki fase seperti itu, yang kamu rasa pasti gundah, bingung, merasa jadi serba salah, tapi lagi-lagi tak tau penyebabnya. Sebetulnya hal itu bisa saja terjadi ketika beberapa masalah muncul dalam waktu yang bersamaan, dan hatimu sedang tidak begitu kuat untuk menampungnya. Apalagi untuk menyelesaikan, ini bahaya sekali bagi orang-orang yang gemar memendam sendiri masalah yang dimiliki. Karena dampaknya akan jadi berkepanjangan, soal sasaran bisa tidak lagi dapat tersaring, semua orang kena imbasnya.

Dari diskusi-diskusi kecil yang pernah saya lakukan dengan teman-teman di kelas Bimbingan dan Konseling, setiap orang memang kebagian atas fase seperti itu, dan itu wajar. Psikis seseorang bukan berarti sakit dan harus dibawa ke konselor jika mengalami hal itu, tapi cukup untuk lebih meluangkan waktu untuk peduli terhadap diri sendiri, selain tentang hubungan vertikal yang harus lebih didalami yakni urusan pada-Nya, hubungan horizontal pun juga sebaiknya dibatasi sampai diri benar-benar membaik. Tapi jangan sampai hal itu justru membuat perubahan kita semakin nyata dan tidak dapat diterima orang lain, beri pengertian pada mereka, bahwa ada hal-hal yang kamu sendiri tidak mengerti dan kamu perlu waktu untuk membuat dirimu sendiri paham lalu membuatnya lebih baik.

Percayalah, mereka yang terbaik akan paham.

Sebab hidup bukan hanya tentang tawa dan tangis, tapi juga tentang tanya yang kadangkala jawabnya harus kita cari tahu sendiri.


Rabu, 15 Maret 2017

Jerit Sajak

Kita bukan hanya kehilangan makna yang tersirat pada setiap kata, namun juga kehilangan alasan untuk sekadar berkata-kata

Ini bukan tentang kesepakatan yang membawa kita pada jeda
Ini tentang kekalahanku dalam memahamimu
Juga tentangmu yang begitu cepat untuk menyerah

Tidak ada lagi yang lebih payah
Selain kita

Maka lakukanlah yang terbaik
Apapun itu, lakukanlah
Karena aku akan tetap selalu siap meng-aamiini setiap harapmu
Sejauh apapun kita nanti

Tidak akan ada yang kemana-mana
Tidak akan ada yang pergi
Atau sekadar bersembunyi
Sebab sejak dulu,
Kita sebetulnya hanya disini
Tidak kemana-mana

Silahkan bahagia tanpa sepengetahuanku
Sebab aku pun akan berlaku demikian

Ini tidak sulit,
Tidak akan.
Percayalah.

Sabtu, 11 Februari 2017

Minggu, meski mendung tolong jangan sendu.

Hari ini waktunya kamu istirahat dari segala penat.
Bahagia.
Gak perlu nunggu dibahagiain orang kalau kamu memang mampu bahagia sendiri.
Atau bukankah lebih baik jika kamulah yang jadi pemicu bahagia untuk orang lain?

Selamat pagi,
Semangat pagi.

Jangan bosan tebar kebaikan ya, supaya kadar bahagiamu terus bertambah.
Gak cuma bahagia di dunia yang fana,
Tapi juga di dunia yang kekal abadi kelak.