Ku tutup pesan lama darimu di e-mail mendekati hari bahagia kita.
Walau cuma ada beberapa kata di dalamnya.
Aku ingat betul isinya.
"InsyaAllah aku bahagia denganmu,mas."
Hafal benar bagaimana ekspresiku saat itu. Saat dentum nada yang menandakan pesanmu datang. Aku..aku begitu senang.
Aku yakin kamu juga masih ingat itu.
Saat-saat mengenang seperti ini yang paling aku sukai. Kamu juga kan, Dik?
***
Di toko buku Angkasa lah pertama kalinya aku mengenalmu. Maksudku, mengenal tulisannmu.
Aku mulai mencari maksud dari setiap kata yang kau rangkai. Tapi aku malah terjebak di dalam ejaan sederhana itu. Kisah yang kau tuang membuatku penasaran. Penasaran pada nama yang tertera di belakang buku dengan judul "Fitrah Cinta" . Biografi singkat tanpa foto pada halaman belakang malah makin buat aku tertarik mencari tahu siapa dirimu. Gadis yang sering terlupakan namanya olehku. Tapi, itu dulu. Dulu sebelum aku rutin menyebut namamu dalam doa.
Mungkin kiprahmu dalam menulis waktu itu belum lama. Karena akupun baru menemukan buku itu setelah sering datang hanya untuk membeli titipan buku adikku. Buku yang akhirnya mengantarkan kita pada perkenalan atas izin Allah.
Akhirnya aku merasa teramat ditolong juga oleh Sally, Adikku. Kegemaran Sally dalam membaca serta menulis membawanya pada sebuah acara meet and greet (m&g) penulis Fitrah cinta. Ya. Dia yang ku ingin ketahui.
Aku sangat bersemangat hari itu untuk mengantar Sally ke acara m&g. Berharap bisa melihatmu walau sekilas.
"Maaf ini acara khusus akhowat. Kalau mas sedang menunggu seseorang silahkan tunggu di depan."
Aku kaget luar biasa saat ketahuan sedang megintip-intip ke dalam gedung. Akhirnya aku mematalalkan niatkiu untuk menunggui Sally sampai acara selesai. Ah ini karena perempuan yang mengagetkanku tadi!
"Kok aku ditinggal sih mas azam?katanya mau nunggu sampe acara selesai. Untung saja tadi diantar sama yang punya acara.huh." kata Sally yang tiba-tiba menggerutu.
"Kamu diantar siapa?yang punya acara?maksudmu penulisnya?"
"Iya. Kenapa mas?"
"Terus kok ga disuruh mampir?cantik ya Sal pasti."
"Bukan cantik-cantik lagi mas. Katanya ia masih ada urusan jadi ga bisa mampir. Tapi katanya lain kali mau mampir dan ajak Sally ke perpustakaan miliknya mas. Baik banget kan? Memang mba nisa itu orangnya ramah sekali mas."
Jadi namanya Nisa.
Setelah Nisa beberapa kali datang menjemput Sally akhirnya aku diperkenalkan juga dengannya. Ternyata dia adalah yang mengagetkanku di acara itu. Subhanallah.
Kamu sangat nampak begitu taat, Dik.
Tndukkan pandanganmu lah yang memberikan keyakinan bahwa kamu adalah jodoh yang Allah kirim untukku.
***
"Sudahlah mas, jangan begini terus. Kasian kan mba Nisa. Biar tenang dia di sana, mas."
Kata Sally yang tiba-tiba duduk di sampingku.
Aku menghela napas. Tapi benar juga kata Sally, sudah hampir 2tahun aku begini. Merenungi kecelakaan pesawat itu. Pesawat yang harusnya mengantarkan Nisa kembali ke sini setelah acara lamaran selesai seminggu sebelumnya. Nisa tak mungkin kembali. Dia sudah lama pergi. Tak mungkin hari bahagia Aku dan Nisa terjadi.
Harusnya aku sudah mengikhlaskannya, mengubur dalam-dalam tiap rangkaian katanya agar aku tak selalu mengharapkannya. Toh aku yakin ia mendengar setiap doa yang ku kirim untuknya.
Aku pun memilih beranjak dari sepiku ini. Dua bulan lagi aku akan meminang Azahra, sahabat Nisa. Ia tak kalah taat dengan Nisa. Hanya saja sedikit lebih tua dariku. Ia punya satu putri mungil yang sudah dua tahun pula ditinggal wafat ayahnya. Mungkin ini adalah yang kau inginkan, Nisa. Aku juga tulus pada Azahra. Aku yakin Azahra dapat membuatku bahagia dengannya tanpa harus mengusirmu dari hatiku. Karena kau sudah punya tempat sendiri lebih dulu.
***