Selasa, 28 Maret 2017

"Mang, Ciwaru ga?"

Setelah bertemu dengan Harpitnas alias hari kejepit nasional yang jatuh kemarin pada tanggal 28 Maret 2017. Akhirnya saya pun harus kembali melakukan rutinitas di kota orang.

Serang, Banten, bukan lagi kota asing bagi saya meskipun rute jalannya tak kunjung dapat saya hapal. Namun seiring berjalannya waktu, kota ini jadi kota yang bisa saya rindukan setelah kota asal; Tangerang.

Perjalanan menuju tempat kost kali ini membawa saya bertemu pada Mamang angkot berwarna pink-biru. Awal datang ke kota ini, saya pernah diberi tau oleh Ibu Kost, katanya kalau mau kemana-mana naik angkot bilang dulu tujuannya kemana sebelum naik, soalnya di Serang, rute angkot itu ga jelas, rumit, kaya kita. ET, Gak deh.

Yang unik dari Mamang angkot yang satu ini adalah, ia bicara banyak soal politik. Awalnya sih, karena jalan dari Warjok (Warung Pojok) menuju Ciwaru yang super banyak lubang itu yang bikin Mamangnya ngedumel (read: ngomel-ngomel sendiri). Terus lama-lama nyambung ke pemerintahan. Khususnya pemerintah di Banten, dari bicaranya, Mamang itu mengagumi kinerja Rano Karno sebagai Gubernur Banten, "Mendingan aja, Neng. Pas Rano ngejabat mah, jalanan lumayan bagus, Malingping keurus, Pontang juga noh," ujarnya.

"Kalo jalanan yang inimah denger-denger baru dibenerin nanti, dua tahun lagi," sambung Mamang.

Saya sebagai penumpang mengangguk saja menanggapi perkataan Mamang sambil paling meng-oh gitu atau meng-iyakan, habis agak bingung mau jawab apa.

Mamang yang masih lanjut dengan bahasannya tiba-tiba nyeletuk,
"Neng, kalo pilih pemimpin itu, ga harus karena cuma agamanya sama terus kita pilih, lah kalo seiman tapi bobrok gimana? Malah korupsi, malah make narkoba. Itu anak Kiai, tapi nyabu kan malu ama masyarakat ya Neng,"

Saya nyengir, menjawab sambil melempar senyum dengan teman di hadapan saya. Kebetulan, penumpang angkotnya cuma dua, saya dan teman saya.

"Mamang mah Neng, demennya nonton tv biar tau berita biar cuma sopir geh," lanjutnya.

Sepakat, Mang. Meskipun bukan siapa-siapa, kita emang perlu tau kondisi bumi yang sekarang kita pijak ini bagaimana. Jadi malu, kadang yang kita cari tahu cuma timeline doi aja, lah dunia luar kita buta.

Makasih atuh, Mang, udah menginspirasi!

Senin, 27 Maret 2017

Mereka yang Terbaik akan Paham!

Berangkat dari tulisan-tulisan yang lebih sering dikata sendu, kali ini saya memilih untuk menumpahkan celoteh-celoteh yang saya harap tidak menyinggung atau membuat ge'er pihak manapun.

Usia menghantarkan kita pada titik kedewasaan, juga pada kemampuan dalam mengambil keputusan dengan baik. Termasuk tentang pertemuan, perkenalan, pengakraban pada siapa-siapa saja yang dapat kita terima dan juga menerima kita dengan segala kurang dan lebih yang kita miliki.

Akan ada masa dimana kita amat merasa beruntung memiliki orang-orang terbaik dalam hidup ini, dan akan ada pula masa dimana kita begitu takut jadi tertinggal, ditinggal, membuat kecewa, dikecewakan.

Kadangkala, ada bagian dari diri sendiri yang tak bisa dimengerti. Jangan tanya kenapa atau apa penyebabnya, sebab mungkin saja kita sendiripun tak tau. Yang terlihat hanyalah perubahan, kecil atau besar, mereka yang peduli pasti selalu menemukan itu.

Kalau sudah memasuki fase seperti itu, yang kamu rasa pasti gundah, bingung, merasa jadi serba salah, tapi lagi-lagi tak tau penyebabnya. Sebetulnya hal itu bisa saja terjadi ketika beberapa masalah muncul dalam waktu yang bersamaan, dan hatimu sedang tidak begitu kuat untuk menampungnya. Apalagi untuk menyelesaikan, ini bahaya sekali bagi orang-orang yang gemar memendam sendiri masalah yang dimiliki. Karena dampaknya akan jadi berkepanjangan, soal sasaran bisa tidak lagi dapat tersaring, semua orang kena imbasnya.

Dari diskusi-diskusi kecil yang pernah saya lakukan dengan teman-teman di kelas Bimbingan dan Konseling, setiap orang memang kebagian atas fase seperti itu, dan itu wajar. Psikis seseorang bukan berarti sakit dan harus dibawa ke konselor jika mengalami hal itu, tapi cukup untuk lebih meluangkan waktu untuk peduli terhadap diri sendiri, selain tentang hubungan vertikal yang harus lebih didalami yakni urusan pada-Nya, hubungan horizontal pun juga sebaiknya dibatasi sampai diri benar-benar membaik. Tapi jangan sampai hal itu justru membuat perubahan kita semakin nyata dan tidak dapat diterima orang lain, beri pengertian pada mereka, bahwa ada hal-hal yang kamu sendiri tidak mengerti dan kamu perlu waktu untuk membuat dirimu sendiri paham lalu membuatnya lebih baik.

Percayalah, mereka yang terbaik akan paham.

Sebab hidup bukan hanya tentang tawa dan tangis, tapi juga tentang tanya yang kadangkala jawabnya harus kita cari tahu sendiri.


Rabu, 15 Maret 2017

Jerit Sajak

Kita bukan hanya kehilangan makna yang tersirat pada setiap kata, namun juga kehilangan alasan untuk sekadar berkata-kata

Ini bukan tentang kesepakatan yang membawa kita pada jeda
Ini tentang kekalahanku dalam memahamimu
Juga tentangmu yang begitu cepat untuk menyerah

Tidak ada lagi yang lebih payah
Selain kita

Maka lakukanlah yang terbaik
Apapun itu, lakukanlah
Karena aku akan tetap selalu siap meng-aamiini setiap harapmu
Sejauh apapun kita nanti

Tidak akan ada yang kemana-mana
Tidak akan ada yang pergi
Atau sekadar bersembunyi
Sebab sejak dulu,
Kita sebetulnya hanya disini
Tidak kemana-mana

Silahkan bahagia tanpa sepengetahuanku
Sebab aku pun akan berlaku demikian

Ini tidak sulit,
Tidak akan.
Percayalah.